KEPUASAN KERJA
1. Arti Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu
mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda, seperti yang didefinisikan oleh
Kreitner & Kinicki (2005), bahwa kepuasan kerja sebagai efektivitas atau
respons emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Definisi ini mengandung
pengertian bahwa kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal, sebaliknya
seseorang dapat relatif puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak
puas dengan salah satu atau beberapa aspek lainnya.
2. Aspek-Aspek
Kepuasan Kerja
1)
Karakteristik
pekerjaan
Karakteristik pekerjaan yang dapat menentukan kepuasan kerja ialah
keragaman, kesulitan, jumlah pekerjaan, tanggung jawab, otonomi, kendali
terhadap metode kerja, kemajemukan dan kreatifitas. Unsur yang juga dapat
dijumpai pada karakteristik dari pekerjaan di atas, yaitu tingkat tantangan
mental. Tantangan pekerjaan inilah yang menuntut kecakapan yang lebih tinggi
daripada yang dimiliki tenaga kerja, atau tuntutan pribadi yang tidak dapat
dipenuhi tenaga kerja akan menimbulkan frustrasi dan akhirnya ketidakpuasan
kerja. Ciri-ciri yang memperlihatkan kaitannya dengan kepuasan kerja ialah
keragaman keterampilan, jati diri tugas (task identity), pemberian tanggung
jawab untuk tugas yang penting (task significance), memberikan otonomi
pekerjaan, dan apreasiasi terhadap hasil kerja.
2) Gaji
Mempertimbangkan sejauh mana gaji yang diterima oleh karyawan dirasakan
adil. Jika gaji dipersepsikan sebagai adil dengan didasarkan tuntutan yang ada
pada pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar gaji yang berlaku
untuk kelompok pekerjaan tertentu, maka akan timbul kepuasan kerja.
3) Hubungan atasan-bawahan
Hubungan atasan-bawahan mencerminkan 2 (dua) hubungan, yaitu:
a. Hubungan fungsional mencerminkan sejauh mana atasan
dapat membantu bawahan, untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting
baginya.
b. Hubungan keseluruhan didasarkan pada ketertarikan
antarpribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang sama.
4) Dukungan rekan kerja
Setiap pekerjaan dalam perusahaan memiliki kaitannya pekerjaan anatara satu
dan lainnya. Kepuasan kerja dapat timbul karena kebutuhan-kebutuhan tingkat
tinggi (kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi diri) dapat dipenuhi ketika
karyawan harus bekerja sebagai satu tim, dan mempunyai dampak pada motivasi
kerja mereka.
5) Lingkungan kerja yang menunjang
Guna mencapai kepuasan kerja, perlu bagi perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan fisik di lingkungan kerja, seperti menyediakan ruang kerja yang
terang, sejuk, dengan peralatan kerja yang aman dan nyaman untuk digunakan,
meja dan kursi kerja yang dapat disesuaikan tinggi-rendahnya, miring-tegak
duduknya serta kondisi kerja yang memperhatikan prinsip-prinsip ergonomi.
3. Faktor-faktor
Penentu Kepuasan Kerja
a. Kedudukan (posisi)
Umumnya manusia beranggapan bahwa seseorang yang bekerja pada pekerjaan
yang lebih tinggi akan merasa lebih puas daripada karyawan yang bekerja pada
pekerjaan yang lebih rendah. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal
tersebut tidak selalu benar, tetapi justru perubahan dalam tingkat pekerjaanlah
yang mempengaruhi kepuasan kerja.
b. Pangkat (golongan)
Pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan), sehingga
pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukannya.
Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya akan dianggap sebagai
kenaikan pangkat, dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu akan merubah
perilaku dan perasaannya.
c. Umur
Dinyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan umur karyawan.
Umur di antara 25 tahun sampai 34 tahun dan umur 40 sampai 45 tahun adalah
merupakan umur-umur yang bisa menimbulkan perasaan kurang puas terhadap
pekerjaan.
d. Jaminan finansial dan jaminan sosial
Masalah finansial dan jaminan sosial kebanyakan berpengaruh terhadap
kepuasan kerja.
e. Mutu pengawasan
Hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting artinya dalam
menaikkan produktifitas kerja. Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui
perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga
karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari
organisasi kerja (sense of belonging).
4. Konsekuensi
Kepuasan Kerja
a. Kepuasan dan Motivasi
Suatu penelitian meta analisis yang dilakukan oleh A J Kinicki, dkk (2000)
meliputi 9 hasil analisis yang melibatkan 2.237 orang pekerja mengungkapkan ada
hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi dan kepuasan kerja. Karena
kepuasan dengan pengawasan berkorelasi secara signifikan dengan motivasi, para
manager disarnkan untuk mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi
kepuasan kerja. Para manager secara potensial meningkatkan motivasi para
karyawan melalui berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja
b. Kepusan dan Keterlibatan dalam Pekerjaan
Keterlibatan dalam pekerjaan merupakan keterlibatan individu dengan peran
dalam pekerjaannya. Suatu meta analisis yang melibatkan 27.925 responden dari
87 penelitian yang berbeda menunjukkan bahwa keterlibatan dalam pekerjaan
memiliki keterkaitan dengan kepuasan kerja (S, P, Brown, 1996)
c. Kepuasan dengan OCB
Kepuasan kerja dianggap sebagai faktor utama yang mempengaruhi perilaku
ekstra peran (OCB). Berdasarkan meta analisis yang mencakup 6.746 orang yang
terdiri dari 28 penelitian terpisah mengungkapkan adanya hubungan yang positif
dan signifikan antara perilaku sebagai anggota organisasi yang baik dengan
kepuasan (Organ dan Ryan, 1995).
d. Kepuasan kerja dengan Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi mencerminkan bagaimana individu mengidentifikasikan
dirinya dengan organisasi dan terikat dengan tujuan-tujuannya. Sebuah meta
analisis dari 68 penelitian yang melibatkan 35.282 orang individu mengungkapkan
adanya hubungan yang kuat antara komitmen dan kepuasan kerja (Tett dan Meyer,
1993). Para manager disarankan untuk meningkatkan kepuasan kerja dengan tujuan
mendapatkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang
tinggi dapat mempermudah terwujudnya produktivitas yang lebih tinggi.
5. Cara
Mengukur Kepuasan Kerja
1) Rating Scale
Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur kepuasan kerja dengan
menggunakan Rating Scale antara lain:
a. Minnesota Satisfaction Questionare (MSQ) adalah suatu
instrumen atau alat pengukur kepuasan kerja yang dirancang demikian rupa yang
di dalamnya memuat secara rinci unsur-unsur yang terkategorikan dalam unsur
kepuasan dan unsur ketidakpuasan. Skala MSQ mengukur berbagai aspek pekerjaan
yang dirasakan sangat memuaskan, memuaskan, tidak dapat memutuskan, tidak
memuaskan dan sangat tidak memuaskan. Karyawan diminta memilih satu alternatif
jawaban yang sesuai dengan kondisi pekerjaannya.
b. Job descriptive index adalah suatu instrumen pengukur kepuasan kerja yang dikembangkan oleh
Kendall, dan Hulin. Dengan instrumen ini dapat diketahui secara luas
bagaimana sikap karyawan terhadap komponen-komponen dari pekerjaan itu.Variabel
yang diukur adalah pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan promosi, supervisi
dan mitra kerja.
c. Porter Need Satisfaction Questionare adalah suatu
intrumen pengukur kepuasan kerja yang digunakan untuk mengukur kepuasan kerja
para manajer. Pertanyaan yang diajukan lebih mempokuskan diri pada permasalahan
tertentu dan tantangan yang dihadapi oleh para manajer.
2) Critical Incidents
Critical Incidents dikembangakan oleh Frederick Herzberg. Dia menggunakan
teknik ini dalam penelitiannya tentang teori motivasi dua faktor. Dalam
penelitiannya tersebut dia mengajukan pertanyaan kepada para karyawan tentang
faktor-faktor apa yang saja yang membuat mereka puas dan tidak puas.
3) Interview
Untuk mengukur kepuasan kerja dengan menggunakan wawancara yang dilakukan
terhadap para karyawan secara individu. Dengan metode ini dapat diketahui
secara mendalam mengenai bagaimana sikap karyawan terhadap berbagai aspek
pekerjaan.
6. Hubungan
antara Kepuasan Kerja dengan Semangat Kerja (Morale)
Faktor sumber daya manusia merupakan tujuan utama dalam Pembangunan
perusahaan hal ini di karena hasil kinerja karyawan Sebagai penentu kelangsungan
perusahaanK inerja karyawan merupakan faktor penting dalam menjalankan sistem
perusahaan karena jika karyawan tidak melakukan
pekerjaannya perusahaan tersebut akan mengalami kegagalan.
7. Arti Semangat Kerja
Semangat kerja atau moral kerja itu adalah sikap
kesediaan perasaan yang memungkinkan seorang karyawan untuk menghasilkan kerja
yang lebih banyak dan lebih tanpa menambah keletihan, yang menyebabkan karyawan
dengan antusias ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok sekerjanya,
dan membuat karyawan tidak mudah kena pengaruh dari luar, terutama dari
orang-orang yang mendasarkan sasaran mereka itu atas tanggapan bahwa
satu-satunya kepentingan pemimpin perusahaan itu terhadap dirinya untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya darinya dan memberi sedikit
mungkin.
8. Tingkat
Stress
9. Program,
Fungsi dan Tipe Konseling
1) Crisis Intervention Counseling
Intervensi konseling krisis sebagai metode yang digunakan untuk
menolong dalam situasi segera, bantuan jangka pendek kepada individu yang
mengalami masalah emosional, mental, fisik dan perilaku distress atau
masalah dari pengalaman atau kejadian seperti :
·
Bencana alam
·
Pelecehan atau pemerkosaan
seksual, perampokan
·
Sakit secara
medik
·
Gangguan/sakit
mental
·
Percobaan atau
bunuh diri
·
Kehilangan,
cerai atau perubahan drastis dalam hubungan
2) Marriage and Family Counseling
Konseling pernikahan menciptakan dan memediasi satu lingkungan yang
aman/nyaman untuk dua pribadi dalam pernikahan untuk mendiskusikan apa masalah
yang dimiliki masing-masing terhadap pasangan, memecahkan perbedaan dan bekerja
sama untuk saling meningkatkan pemahaman.
3) Relationship Counseling
Relationship counseling menolong dua pribadi atau lebih dalam satu
keluarga, pasangan, pekerja atau majikan di dunia kerja, atau antara
profesional dengan klien dalam hubungan satu upaya untuk mengenal dan mengelola
lebih baik atau rekonsiliasi perbedaan atau kesulitan dan mengulang pola dari
distress.
4) Guidance and Career Counseling
BK Karier membantu dan mengentaskan bagi individu yang mencari pekerjaan,
memutuskan di bidang akademik dan karier.
Konselor menolong mengevaluasi kemampuan, sikap, minat dan kepribadian
siswa untuk mengembangkan akademik, pekerjaan dan tujuan karier secara
realistik.
5) Rehabilitation Counseling
Konseling rehabilitasi menolong individu dengan fisik, mental 9perkembangan
yang terlambat dan gangguan otak) dan gangguan psikiatri untuk mencapai hidup
yang produktif dan mandiri.
6) Mental Health Counseling
Konseling kesehatan mental member perlakuan psikopatologi dan
mempromosikan kesehatan mental yang optimal dan hidup sehat. Termasuk diagnosis
dan treatment; teknik psiko-edukasional, dengan tujuan pencegahan, konsultasi dan
penelitian klinis.
7) Sexual Trauma Counseling
Konseling trauma seksual ini menyediakan layanan kepada anak dan orang
dewasa yang mengalami kekerasan dan pelecehan seksual dan juga keluarga melalui
pendidikan masyarakat, advokasi dan pemulihan.
8) AIDS Counseling
Konseling AIDS adalah satu bang spesialisasi dari konseling yang menghadapi
pencegahan dari peyakit dan pengobatan dari konseli yang di diagnosis dengan
virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) atau (Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS).
9) Philosophical
Counseling
Konseling Filosofi adalah konsleing menggunakan pengetahuan filososfis,
analisis konseptual, dan keterampilan logik untuk menemukan makna baru sebagai
cara dan ekspresi pemikiran.
10) Grief and Bereavement Counseling
Konseling kehilangan dan kematian adalah bentuk terapi khusus dengan tujuan
menolong individu dengan peristiwa kematian dan hadir di situasi kehilangan
individu dalam kesehatan mental.
11) Substance Abuse Counseling
Konseling penyalahgunaan zat adiktif menolong individu yang adiksi obat dan
alkohol. Juga menolong anggoat keluarga dan teman-teman dari adiksi yang dapat
mempengaruhi kehidupan mereka.
12)Transgender Counseling
Konseling transgender menolong individu transgender menerima keunikannya,
ketimbang menolak, memberontak atau malu atau bingung tentang dirinya, dan
sosial menerima apa adanya. Lebih mudah pribadi transgender mengisolasi diri,
kadang mengundurkan diri atau merasa ditolak.
10. Pembinaan Disiplin
Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sesuatu tujuan selain
sangat ditentukan oleh dan mutu profesionalitas juga ditentukan oleh disiplin
para anggotanya. Bagi aparatur pemerin-tahan disiplin tersebut mencakup
unsur-unsur ketaatan, kesetiaan, kesungguhan dalam menjalankan tugas dan kesanggupan
berkorban, dalam arti mengorbankan kepentingan pribadi dan golongannya untuk
kepentingan negara dan masyarakat.
Dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 dinyatakan
bahwa “Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
pidana, maka untuk menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas,
diadakan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil”.
Sumber :
https://daudydingga.wordpress.com/2014/01/07/manajemen-sdm-bab-7-14/ diakses tanggal 18 November 2019
pukul 21.13 WIB